Jumat, 06 Januari 2017

Cerita Sedih Wanita 23 Tahun di Tangerang yang Menderita Penyakit Misterius


Di satu bedeng las di daerah Ciputat, Tangerang Selatan, seorang ibu dari tiga orang anak yang bernama Yun Dwi (32) sedang terbaring lemas tak berdaya. Badannya kurus, dia tak dapat sembarangan bergerak lantaran satu penyakit misterius yang sudah menggerogoti dirinya selama bertahun-tahun serta membuat semua tulang didalam badannya jadi rentan patah.

Semua berawal saat Dwi alami insiden terjatuh di tahun 2007. Ketika itu Dwi berpikir mungkin cuma alami keseleo saja pada kaki kanannya hingga ia juga memilih tidak untuk berobat ke tempat urut atau ke dokter. Tetapi bukannya jadi sembuh, lama kelamaan sakit yang ada justru malah makin menjadi.

“Waktu itu ada panggilan kerja, saya cari seragam ke rumah teman pagi-pagi terus kepeleset… Pernah jalan beberapa tahun ke tempat urut namun selalu masih nyeri hingga pada akhirnya gunakan tongkat, ” tutur Dwi seperti yang ditulis dari laman detik.com.

Pada akhirnya Dwi yang dahulu pernah bekerja sebagai cleaning service ini di antar oleh keluarganya memeriksakan diri ke rumah sakit. Awalannya dokter menduga apa yang dihadapi oleh Dwi adalah kanker namun pemeriksaan lebih jauh ternyata tunjukkan hasil yang negatif.

Beberapa kali Dwi mesti bolak-balik pergi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk peroleh diagnosa tapi dokter tetap masih belum dapat tahu identitas penyakit yang menggerogotinya itu. Hingga lalu karena kondisi ekonomi yang terbatas serta rasa lelahnya, Dwi sangat terpaksa menghentikan kunjungannya ke rumah sakit.

Makin hari tulang Dwi jadi makin rapuh hingga sekitar dua tahun waktu lalu ia sama sekali telah tak dapat bergerak lagi. Tulang-tulang yang ada di kaki kiri serta kanannya hancur hingga sama sekali telah tak dapat digerakkan lagi. Selain itu, tulang panggul serta sebagian tulang tangan Dwi juga telah patah.

“Suami pernah mau angkat tangan saya terus dia tumpu taruh tangannya di tulang paha tahu-tahu bunyi kretak patah. Pernah ditabrak anak karena baru belajar diri patah juga. Tidak bisa digerakkin sama sekali, bila bangku ini saja kesenggol kerasa sakit banget, ” ungkap Dwi yang saat ini cuma tinggal  berbarengan dengan tiga anaknya di bedeng.

“Suami ada di rumahnya, mungkin saja dia udah cape kali. Setiap pulang kerja dia kesini sih ngasih duit jajan selalu pulang lagi… Kerjanya dia sopir pribadi, ” lanjut Dwi menambahkan kalau selama ia sakit begitu bergantung pada orang tuanya untuk kehidupan keseharian.

Tahu keadaan Dwi itu, satu diantara teman di saat sekolah, Ricka, berupaya membantu dengan lakukan penggalangan dana serta mendorongnya untuk kembali memeriksakan diri ke rumah sakit. Lewat pertolongan para dermawan, keperluan seperti pampers dewasa serta makanan untuk anak-anak Dwi masih dapat tercukupi, tetapi untuk biaya perawatan akan sangat bergantung dari tanggungan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Dulu saat sekolah Dwi itu tinggi besar tubuhnya bagus kaya polwan. Maka dari itu saya kaget saat tahu keadaan dia saat ini kaya gini, ” kata Ricka.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog